Ada yang berpendapat bahwa sebuah organisasi itu punya harga diri jika sebuah organisasi mempunyai kantor atau sekretariat, hal tersebut tidak menyalahi memang benar sebuah organisasi harus mempunyai wadah atau tempat dimana orang-orang didalamnya harus mempunyai ruang, dimana tempat tersebut dimanfaatkan untuk mencurahkan ide atau gagasan satu sama lain atau lebih tepatnya organisasi itu harus mempunyai rumah gerakan.
Tetapi ada hal yang dirasa secara subtansi dalam sebuah organisasi yang sering hanya dijadikan sebatas formalitas belaka yaitu mengenai kepengurusan suatu organisasi baahkan kurang diperhatikan. Karena maju, berkembang atau tidaknya sebuah organisasi itu tergantung orang didalamnya kuhususnya pengurus itu sendiri yang akan memajukan, membesarkan sebuah organisasi.
Pengurus dalam suatu organisasi layaknya awak kapal yang sedang berlayar mengarungi lautan luas dan samudra yang begitu panjang, serta sebuah organisasi itu belum tentu bahkan mengetahui tempat dan waktu berlabuhnya kapan dan dimana apabila dari semua penumpang kapalnya belum melakukan kesepakatan atau memberitahu kapan dan dimana tujuannya berlabuh.
Maka disini perlu yang namanya pengurus atau awak kapal tersebut mempertanyakan tujuan semua penumpang yang ada didalamnya serta mengetahui kondisi cuaca yang ada diperlayaran. Jangan sampai seorang nakoda menghantamkan kapalnya kearah ombak atau karang yang mengakibatkan kapal itu tenggelam.
Pengurus dalam sebuah organisasi layaknya darah yang mengalir dalam tubuh manusia, apabila darah tersebut terhambat atau bahkan tidak mengalir lagi berarti manusia tersebut sudah tiba dipenghujung waktu untuk menghentikan semua aktivitas atau yang sering kita kenal dengan kematian. Maka yang namanya pengurus dalam sebuah organisasi harus mempunyai visi atau misi mau kemana gerak organisasi yang diembannya akan maju, sejauhmana pengurus itu merencanakan penyebaran potensi yang ada dalam organisasi, sejauhmana seorang pengurus harus menggali potensi-potensi yang ada dalam organisasi, itu yang lebih penting.
Tidak sedikit yang namanya pengurus dalam organisasi mempunyai mental dan keinginan yang kuat, serta tidak sedikit pula yang namanya pengurus dalam sebuah organisasi mempunyai sifat konsistensi yang secara terus menerus mempunyai keinginan untuk berproses.
Dari semua analogi diatas itu merupakan contoh kecil majunya sebuah organisasi, konsistennya sebuah organisasi, karena masih banyak hal yang harus oleh pengurus itu direncanakan, sejauhmana progres seorang pengurus dalam melakukan proses.
Bila dikaitkan dengan bebrapa poin penting dalam sebuah “Rumah Sosiali Organisasi” masih banyak yang harus kita refleksikan bahkan dievaluasi dari sekelompok pengurus atau seorang pengurus dalam memajukan sebuah organisasi. Dalam rumah sosial organisasi terdapat beberapa hal yang harus kita perhatikan, yaitu sebagai berikut :
1. Suprastrukur
Apabila di analogikan suatu organisasi dengan sebuah rumah, maka yang menjadi atap sebuah rumah yaitu Suprastruktur. Didalam sebuah rumah tidaklah berarti lantai atau dinding yang megah apabila tidak mempunyai sebuah atap. Atap disini melindungi semua perangkat rumah dari mulai hujan, embun ataupun matahari. Bicara masalah rumah sosial terdapat Suprastruktur yang mana didalam Suprastruktur ini terdapat berbagai macam cahaya ilmu pengetahuan dari mulai Ide, Gagasan, Pemahaman dan lain sebagainya yang didalamnya termasuk pemikiran atau nalar-nalar yang harus lebih diperhatikan. Kenapa Suprastruktur tersebut disimpan sebagai atap, yaitu menanadakan bahwa yang harus menjadi mahkota dalam sebuah organisasi yaitu nilai-nilai keilmuan atau intlektual lah yang harus dijunjung tinggi. Ditempat inilah nalar berada, di ruang inilah ide gagasan dicoba, di ruang inilah pengetahuan kita bicara, tempat dimana yang paling suci, paling murni keadaanya, yang paling mahal harganay yaitu “Suprastruktur”.
2. Struktur
Tentang struktur sebuah organisasi kita tidak asing lagi bahkan yang menjadi singgasana untuk pengurus dalam organisasi yaitu struktur. Tidak sedikit pula orang-orang yang mempunyai keinginan lebih dalam struktur seringkali memperdebatkan suatu kepengurusan tersebut. Bisa jadi tujuannya hanya untuk eksistensi, numpang nama doang bahkan yang lebih hina lagi memperuncing suasana untuk bisa menjadi pengurus hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri bukan kepentingan komunal organisasi. Padahal secara sudut pandang yang mendasar, pengurus sebuah organisasi itu harus bisa merumuskan, meracik sebuah organisasi, mencerdaskan kader atau anggotanya, bahkan mampu mengantarkan seorang anggota sampai kepada tujuannya. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan “Suprastruktur” apabila secara nalarnya jalan, pemikirannya baik tidak akan pernah terjadi yang namanya saling berselisih dalam menentukan suatu kepengurusan. Apabila kita sadar maju mundurnya organisasi tergantung kepada pengurusya sendiri kita yakin akan sedikit orang yang bersedia menjadi pengurus dalam sebuah organisasi dan orang-orang yang mempunyai tanggungjawab penuh dalam organisasi akan merasa merinding ketika menjadi pengurus atau menduduki singgasana dalam sebuah organisasi. Kita sering tertukar dalam memaknai mahkota organisasi. Seakan-akan yang namanya mahkota organisasi itu hanya struktur saja, padahal sejatinya mahkota organisasi itu berada pada tingkatan “Suprastruktur”.
3. Infrastruktur
Dalam organisasi kaderisasi yang namanya Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar sebuah organisasi seperti harus adanya kader atau anggota dalam organisasi tersebut. Kita harus menyadari bahwa sebua organisasi yang besar dan maju perlu juga Sumber Daya Manusia baik secara kualitas ataupun secara kuantitas untuk memajukan tugas dan Fungsi organisasi. Adanya pernanan infrastruktur tersebut salah satunya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kader dalam berbagai minat dan bakatnya kader yang dimiliki oleh setiap organisasi. Kemampuan kader, minat dan bakat kader harus mampu tersalurkan. Kenapa harus kita salurkan kebutuhan dan potensi kader dalam sebuah organisasi, karena merupakan sebuah kewajiban organisasi khususnya pengurus dalam membina, merawat semua kader supaya bisa cerdas dan bisa memahami apa tujuan yang sebenarnya ketika berorganisasi. Apa yang menjadi keinginan kader atau anggota dalam sebuah organisasi yang namanya pengurus harus mengetahui dan peka terhadap hal tersebut, karena selain meracik sebuah organisasi, pengurus juga harus mampu mendalami kemampuan dan keinginan-keinginan semua anggotanya, hal tersebut menjadi dasar semua pengurus untuk menyajikan resep atauu menentukan arah satu persatu anggota atau kader yang ada didalamnya. Apabila pengurus mengetahui kelemahan dan kemampuan kader disini sangatlah mudah untuk memberikan arahan atau mengarahkan kader atau anggotanya. Misalkan satu kader mempunyai bakat dan kemampuan dalam bidang ekonomi atau berdagang, kita bisa arahkan bahwa berbicara masalah ekonomi itu arahnya dalam sebuah organisasi seperti apa, dan bagaimana caranya. Apabila hal itu ditekuni bisa menjadikan peluang dalam organisasi untuk menciptakan kemandirian dalam organisasi khususnya dalam sisi ekonomi. Contoh tersebut baru dari satu bidang, coba kalau kita berpikir masih banyak bidang-bidang yang lain yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan sebuah organisasi. Organisasi bisa besar dasarnya pengurus harus memahami dan mengetahui keinginan kader atau anggotanya serta kemampuanya sampai dimana.
4. Sub Struktur
Dalam sebuah organisasi yang namaya Substruktur yaitu komponen yang paling bawah dan dirasa bisa menunjang kemajuan dalam mengembangkan organisasi. Misalnya dalam sebuah organisasi kaderisasi yang namanya kader itu tidak hanya dari satu bidang, pastinya ada dari bidang pendidikan, politik, ekonomi, keagaman, kesehatan dan lain sebagainya. Dari sisi jurusan atau kejuruan pun oleh pengurus itu harus digali secara kemampuannya. Kalau tadi dalam Infrastruktur hanya sebatas mengetahui keinginan dan kemampuanya, tetapi dalam Sub Struktur ini pengurus menggali lebih dalam atau spesifik, supaya yang namanya kader itu lebih matang dalam berproses. Ada tidak celah untuk memajukan, adak tidak potensi-potensi yang muncul dari berbagai kader yang ada dalam sebuah organisasi. Tentunya yang namanya pengurus harus mampu mengantarkan keinginan-keinginan, harapan-harapan kader dalam organisasi. Jangan sampai kader yang punya harapan dalam organisasi itu tidak tersentuh sama sekali, jangankan yang tidak punya harapan yang punya harapan juga kepada organisasi apabila pengurus tidak peka, tidak bisa memahami apa yang dibutuhkan oleh kadernya sendiri, mau mencerdaskan kader seperti apa, mau memanusiakan manusia seutuhnya seperti apa, apabila yang namanya pengurus tidak bisa berbuat banyak.
Dari beberapa aspek diatas tadi kita bisa menyimpulkan, bahwa dalam organisasi ketika akan melakukan sesuatu pasti ada yang namanya sebuah kebijakan yang diambil. Dalam mengambil sebuah keputusan dan kebijakan apabila berangkat dari Suprastruktur berarti berangkat dari wacana, dari nalar sebuah program akan dilaksanakan, setelah di diskusikan oleh “Struktur” dengan pertimbangan apakah program tersebut dibutuhkan atau tidak oleh klader atau anggota (Infrastruktur), setelah itu kita mempertimbangkan juga Substruktur secara mendasar ketika akan mengambil kebijakan atau mengeluarkan keputusan dalam membuat program. Ketika semua dirasa saling membutuhkan dan ada kaitannya satu sama lain kebijakan dalam melakukan sebuah program dapat terlaksana itu yang dinamakan kebijakan dari atas kebawah (Top Down). Kenapa Top Down, karena pengurus dalam membuat program dimulai dari Suprastruktur, Struktur, Infra Struktur dan Substruktur. Bisa juga yang namanya pengurus dalam sebuah organisasi dalam membuat program kerja itu melihat dari kemampuan kader, kebutuhan kader lantas diraciklah oleh struktur, apakah kemampuan dan kebutuhan kader itu sudah sesuai atau tidak dengan Suprastruktur, apabila sesuai dan ada dalam Suprastruktur program kerja tersebut laksankanlah dan itu disebutnya sebagai kebijakan yang bersifat Botom Up.
Jadi intinya yang namanya pengurus dalam sebuah organisasi yang pertama harus mengerti itu mengenai nilai-nilai dasar organisasi dan ideologi organisasi, karena dua hal tersebut menjadi modal dasar berorganisasi atau menjadi pijakan dalam berorganisasi. Karena kalau kita selaku pengurus tidak mengetahui hal tersebut bagaimana mau memajukan organisasi, sementara gambarannya pun tidak terbayang dalam benak kita selaku pengurus.
Semua Tidak Ada yang salah
Bandung Barat 29 Januari 2019
----{MONZ}----
Sungguh keren a
BalasHapushaturnuhunn
BalasHapusSejarah yang tidak pernah terlupakan lewat sebuah tulisan yang abadi, berawal dari gagasan dan pikiran kritis. Mantap A KEMBARA
BalasHapus