Ahmad Zaenudin |
Memikirkan kepentingan bersama merupakan keshalehan social yang luar biasa, bahkan ketika kita tidak sanggup bahkan tidak bisa membantu memeikirkan kepentingan orang banyak itu bisa menjadi dosa terbesar dalam social.
Banyak orang yang bernyanyi bahkan menari dalam kebingungan bahkan merasa bahagia ketika orang lain berada dalam keterpurukan. Semua itu tidak hanya berangkat dari kesadaran sosial saja tapi merupakan sejauh mana kita peduli dan merasa prihatin ketika orang disekitar kita merasa terpuruk.
Kebahagiaan akan terasa ketika kebahagiaan tersebut berangkat dari kebersamaan (sosial), berbeda sekali ketika kita merasa bahagia ketika kebahagiaan itu didapatkan hanya dengan cara oportunis atau hanya memikirkan diri sendiri saja.
Memang ketika kita dipintai pertanggung jawaban berangkat dari diri kita, sejauh mana kita membawa diri kita, sejauh mana kita mempergunakan diri ini dalam menjalani kehidupan. Tetapi setelah kita bertanggung jawab pada diri kita dari hasil apa yang kita lakukan, pasti akan dipertanggung jawabkan kepada diri kita itu dengan siapa kita bersinggungan. Apakah ada motiv dari siapa kita melakukan hal yang mengakibatkan diri ini terperosok kepada kemunafikan, apakah hanya dorongan diri kita pribadi?
Sejatinya pertanggung jawaban yang kita berikan nanti itu menghitung seberapa kesalahan diri kita dan sejauh mana dosa-dosa yang kita lakukan dan dengan siapa kita bersinggungan. Jangankan kita bersinggungan dengan manusia yang memang mempunyai kepentingan bahkan dengan alam dan seluruh isinya juga nanti kita akan dipinta pertanggungjawaban.
Sering kita mempunyai pemikiran dan melakukan tindakan itu tanpa berpikir apa, siapa, dan bagaimana keadaan disekitar kita. Justru lebih berat ketika kita berbicara sosial dalam arti kita selaku manusia tidak akan bisa lepas dari manusia yang lainnya, karena kita telah dinobatkan tidak akan pernah bisa hidup sendirian.
Perlu kita jadikan catatan ada satu amanah yang harus kita ketahui bahkan menjadi salah satu tugas untuk kita dalam berbicara sosial yang hamper kita lupakan, yaitu sejauh mana kita menjalani hidup ini dalam bersinggungan dengan sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang ada di dunia ini, di wilayah ini, di daerah ini bahkan di sekitar rumah yang kita huni? Apakah hal tersebut sudah kita perhatikan?
Apabila hal tersebut belum kita perhatikan mungkin itulah salah satu Dosa Sosial yang terbesar. Karena sudah jelas hidup bersama masyrakat kebarakahannya itu sudah ada dan pasti kita rasakan.
Banyak orang yang bernyanyi bahkan menari dalam kebingungan bahkan merasa bahagia ketika orang lain berada dalam keterpurukan. Semua itu tidak hanya berangkat dari kesadaran sosial saja tapi merupakan sejauh mana kita peduli dan merasa prihatin ketika orang disekitar kita merasa terpuruk.
Kebahagiaan akan terasa ketika kebahagiaan tersebut berangkat dari kebersamaan (sosial), berbeda sekali ketika kita merasa bahagia ketika kebahagiaan itu didapatkan hanya dengan cara oportunis atau hanya memikirkan diri sendiri saja.
Memang ketika kita dipintai pertanggung jawaban berangkat dari diri kita, sejauh mana kita membawa diri kita, sejauh mana kita mempergunakan diri ini dalam menjalani kehidupan. Tetapi setelah kita bertanggung jawab pada diri kita dari hasil apa yang kita lakukan, pasti akan dipertanggung jawabkan kepada diri kita itu dengan siapa kita bersinggungan. Apakah ada motiv dari siapa kita melakukan hal yang mengakibatkan diri ini terperosok kepada kemunafikan, apakah hanya dorongan diri kita pribadi?
Sejatinya pertanggung jawaban yang kita berikan nanti itu menghitung seberapa kesalahan diri kita dan sejauh mana dosa-dosa yang kita lakukan dan dengan siapa kita bersinggungan. Jangankan kita bersinggungan dengan manusia yang memang mempunyai kepentingan bahkan dengan alam dan seluruh isinya juga nanti kita akan dipinta pertanggungjawaban.
Sering kita mempunyai pemikiran dan melakukan tindakan itu tanpa berpikir apa, siapa, dan bagaimana keadaan disekitar kita. Justru lebih berat ketika kita berbicara sosial dalam arti kita selaku manusia tidak akan bisa lepas dari manusia yang lainnya, karena kita telah dinobatkan tidak akan pernah bisa hidup sendirian.
Perlu kita jadikan catatan ada satu amanah yang harus kita ketahui bahkan menjadi salah satu tugas untuk kita dalam berbicara sosial yang hamper kita lupakan, yaitu sejauh mana kita menjalani hidup ini dalam bersinggungan dengan sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang ada di dunia ini, di wilayah ini, di daerah ini bahkan di sekitar rumah yang kita huni? Apakah hal tersebut sudah kita perhatikan?
Apabila hal tersebut belum kita perhatikan mungkin itulah salah satu Dosa Sosial yang terbesar. Karena sudah jelas hidup bersama masyrakat kebarakahannya itu sudah ada dan pasti kita rasakan.
Komentar
Posting Komentar