Ahmad Zaenudin |
Berbicara gerakan sosial mungkin sudah tidak aneh bahkan sudah tidak tabu dikalangan kaum aktivis yang memang sehari-hari berbicara ruang lingkup kemanusiaan. Dan biasanya berbicara “gerakan” ini tidak bisa selesai dengan hitungan waktu baik jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun, tidak sedikit pula bermunculan para ahli dalam dunia gerakan, sampai kapan dan dimana titik berakhirnya dunia gerakan ini.
Dengan banyaknya sekelumit permasalahn, dinamika persoalan yang ada di dunia ini, itu semua berawal dari diskusi ke diskusi, dialog ke dialog bahkan dari seminar keseminar, tetapi seolah-olah dunia gerakan ini masih banyak persoalan-persoalan yang memang harus secara serius untuk merumuskannya sampai terdapat rumusan dan strategi dalam melumpuhkan permasalahan yang ada.
Dikalangan masyrakat menegah ke atas dunia gerakan ini sebuah keniscayaan yang pasti akan menerpanya tanpa bisa mengelak untuk kita pikirkan, sampai tidak memikirkan antara ruang dan waktu, kedaan dan dimanapun tempatnya kita berbicara gerakan.
Mungkin bagi saya “dunia gerakan” ini tidak jauh beda dengan “dunia persilatan” yang dulu sejak kecil seringkita saksikan dilayar-layar kaca. Dalam dunia persilatan seringkali bermunculan pendekar-pendekar yang memang mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan menggunakan jurus-jurus sebagai rumusan dan strategi dalam mengalahkan musuhnya. Siapa yang kuat dia yang menang dan berhak mendapatkan penghargaan. Tetapi sejatinya tidak akan pernah ada pendekar yang tidak terkalahkan, pasti akan ada kekelahan-kekalahn baik kekalahan kecil atau pun kekalahan besar dalam dunia persilatan tadi. Tapi ada satu pembelajaran dari kekalahn tadi, ketika salahsatu pendekar kalah, dia tidak lantas begitu saja pasrah, tetapi mendalami, mencari bahkan mempelajari lagi ilmu yang memang lebih tinggi untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Dalam dunia gerakanpun tidak jauh berbeda dengan dunia persilatan tadi, Cuma yang menjadi pembeda antara persilatan dan gerakan, yaitu dilihat dari sisi siap kalah dan siap menang. Kebanyakan dunia gerakan ketika mengalami kekalahan seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk kembali mempelajari bahkan mengevaluasi hasil daripada rumusan dan tindakan yang sudah dilakukan. Makanya jangan kaget dari jaman nenek moyang kita, banyak sekali orang-orang, veteran-veteran dalam dunia gerakan tapi seolah-olah tidak ada akhirnya. Karena dalam dunia gerakan ini tidak akan pernah merasa kehabisan cara, jalan bahkan peluang sekecil apapun di akal-akali untuk memuluskan gerakan yang sudah dirumuskan untuk dilakukan dalam bentuk tindakan.
Sering kali gerakan-gerakan yang kebanyakan orang lakukan itu tidak sempat menginjak tahap evaluasi dan refleksi, dengan kurangnya evaluasi dan refleksi tadi itu menyebabkan gerakan yang kita obrolkan, yang kita rumuskan hanyalah “onani wacana saja”, dibenturkan dengan perkembangan jaman yang begitu hebatnya menerpa kultur dan kebiasaan kita selaku manusia yang terlahir dikalangan utopis dengan kekayaan suku, budaya, bahasa,ras dan agama menimbulkan pertarungan ideologi begitu keras dan meninggi.
Begitu banyak teori-teori dan gagsan-gagasan yang terlahir dalam dunia gerakan, yang berawal dari idealisme sampai berujung pada pragmatisme juga seringkali terjadi, bahkan berujung pada pragmatis individualistik dan kelompok tanpa memikirkan keragaman yang ada di bangsa ini.
Berbicara cinta terhadap bangsapun dalam dunia gerakan, hanya melahirkan cinta-cinta yang palsu untuk bangsa ini, karena dengan dijajali kepentingan-kepentingan kelompok tertentu, bisa dikatakan cinta kebangsaan kita dalam dunia gerakan itu lebih baik cinta monyet daripada cinta bangsa ini, karena keindahaan cinta sejati tidak nampak malah digelapkan oleh penghalang-penghalang yang membelotkan cinta sejati itu ke kepentingan tertentu.
Tidak sedikit orang yang saling injak, saling bunuh, saling tikam dalam membicarakan kepentingan, seolah-olah semua ingin menguasai negeri ini, seolah-olah semua orang haus akan kekayaan, kekuasaan yang berdalih ats cinta kebangsaannya. Padahal banyak sekali kaum-kaum yang tidak mengerti berbicara keragaman di negri ini. Seolah-olah paham fasisme muncul dalam menjalankan tugas mulia di bumi ini. Merasa rasku, agamaku, bahasaku yang paling benar tanpa melihat kebenaran yang sebenarnya nampak di bangsa ini.
Dunia gerakan memang tidak bias menjamin kita hidup bahagia bahkan saya katakana dunia gerakan ini merupakan dunia ketidak pastian yang harus kita lalui, karena didalamnya penuh dengan kepalsuan, penuh denganrekayasa-rekayasa yang dibuat oleh mereka yang ingin menguatkan keinginan jahatnya. Tapi mesklipun dunia gerakan ini merupakan dunia ketidakpastian ada salahsatu titik yang harus kita ambil minimal kita bisa melihat dan merasakan bagaimana berproses yang baik itu. Karena didalamnya kita menyaksiakan mana gerakan yang baik dan mana gerakan yang tidak baik. Itu tergantung kitanya mana yang harus kita pilih antara gerakan baik dan tidak, itu semua tergantung kesukaan kita, pesanan kita mana yang kita sukai.
Meskipun dunia gerakan ini merupakan dunia ketidak pastian, tapi saya meyakini dunia gerakan ini tidak akan berakhir bahkan mati selama dunia dan seisinya masih bergerak. Maka dari itu kita ambil nilai positifnya, soalnya serba dilemma bagi kaum gerakan ini, apabila kita tidak mengetahui dunia gerakan kita akan tunduk dan patuh pada kenyataan, sebaliknya kalau kita masuk didalamnya akan merasa bingung dan heran apa yang harus kita lakukan tapi ada nilai yang lebih ketika kita memasuki dunia ini, yaitu kita sebagi aktor bukan penonton.
Dengan banyaknya sekelumit permasalahn, dinamika persoalan yang ada di dunia ini, itu semua berawal dari diskusi ke diskusi, dialog ke dialog bahkan dari seminar keseminar, tetapi seolah-olah dunia gerakan ini masih banyak persoalan-persoalan yang memang harus secara serius untuk merumuskannya sampai terdapat rumusan dan strategi dalam melumpuhkan permasalahan yang ada.
Dikalangan masyrakat menegah ke atas dunia gerakan ini sebuah keniscayaan yang pasti akan menerpanya tanpa bisa mengelak untuk kita pikirkan, sampai tidak memikirkan antara ruang dan waktu, kedaan dan dimanapun tempatnya kita berbicara gerakan.
Mungkin bagi saya “dunia gerakan” ini tidak jauh beda dengan “dunia persilatan” yang dulu sejak kecil seringkita saksikan dilayar-layar kaca. Dalam dunia persilatan seringkali bermunculan pendekar-pendekar yang memang mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan menggunakan jurus-jurus sebagai rumusan dan strategi dalam mengalahkan musuhnya. Siapa yang kuat dia yang menang dan berhak mendapatkan penghargaan. Tetapi sejatinya tidak akan pernah ada pendekar yang tidak terkalahkan, pasti akan ada kekelahan-kekalahn baik kekalahan kecil atau pun kekalahan besar dalam dunia persilatan tadi. Tapi ada satu pembelajaran dari kekalahn tadi, ketika salahsatu pendekar kalah, dia tidak lantas begitu saja pasrah, tetapi mendalami, mencari bahkan mempelajari lagi ilmu yang memang lebih tinggi untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Dalam dunia gerakanpun tidak jauh berbeda dengan dunia persilatan tadi, Cuma yang menjadi pembeda antara persilatan dan gerakan, yaitu dilihat dari sisi siap kalah dan siap menang. Kebanyakan dunia gerakan ketika mengalami kekalahan seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk kembali mempelajari bahkan mengevaluasi hasil daripada rumusan dan tindakan yang sudah dilakukan. Makanya jangan kaget dari jaman nenek moyang kita, banyak sekali orang-orang, veteran-veteran dalam dunia gerakan tapi seolah-olah tidak ada akhirnya. Karena dalam dunia gerakan ini tidak akan pernah merasa kehabisan cara, jalan bahkan peluang sekecil apapun di akal-akali untuk memuluskan gerakan yang sudah dirumuskan untuk dilakukan dalam bentuk tindakan.
Sering kali gerakan-gerakan yang kebanyakan orang lakukan itu tidak sempat menginjak tahap evaluasi dan refleksi, dengan kurangnya evaluasi dan refleksi tadi itu menyebabkan gerakan yang kita obrolkan, yang kita rumuskan hanyalah “onani wacana saja”, dibenturkan dengan perkembangan jaman yang begitu hebatnya menerpa kultur dan kebiasaan kita selaku manusia yang terlahir dikalangan utopis dengan kekayaan suku, budaya, bahasa,ras dan agama menimbulkan pertarungan ideologi begitu keras dan meninggi.
Begitu banyak teori-teori dan gagsan-gagasan yang terlahir dalam dunia gerakan, yang berawal dari idealisme sampai berujung pada pragmatisme juga seringkali terjadi, bahkan berujung pada pragmatis individualistik dan kelompok tanpa memikirkan keragaman yang ada di bangsa ini.
Berbicara cinta terhadap bangsapun dalam dunia gerakan, hanya melahirkan cinta-cinta yang palsu untuk bangsa ini, karena dengan dijajali kepentingan-kepentingan kelompok tertentu, bisa dikatakan cinta kebangsaan kita dalam dunia gerakan itu lebih baik cinta monyet daripada cinta bangsa ini, karena keindahaan cinta sejati tidak nampak malah digelapkan oleh penghalang-penghalang yang membelotkan cinta sejati itu ke kepentingan tertentu.
Tidak sedikit orang yang saling injak, saling bunuh, saling tikam dalam membicarakan kepentingan, seolah-olah semua ingin menguasai negeri ini, seolah-olah semua orang haus akan kekayaan, kekuasaan yang berdalih ats cinta kebangsaannya. Padahal banyak sekali kaum-kaum yang tidak mengerti berbicara keragaman di negri ini. Seolah-olah paham fasisme muncul dalam menjalankan tugas mulia di bumi ini. Merasa rasku, agamaku, bahasaku yang paling benar tanpa melihat kebenaran yang sebenarnya nampak di bangsa ini.
Dunia gerakan memang tidak bias menjamin kita hidup bahagia bahkan saya katakana dunia gerakan ini merupakan dunia ketidak pastian yang harus kita lalui, karena didalamnya penuh dengan kepalsuan, penuh denganrekayasa-rekayasa yang dibuat oleh mereka yang ingin menguatkan keinginan jahatnya. Tapi mesklipun dunia gerakan ini merupakan dunia ketidakpastian ada salahsatu titik yang harus kita ambil minimal kita bisa melihat dan merasakan bagaimana berproses yang baik itu. Karena didalamnya kita menyaksiakan mana gerakan yang baik dan mana gerakan yang tidak baik. Itu tergantung kitanya mana yang harus kita pilih antara gerakan baik dan tidak, itu semua tergantung kesukaan kita, pesanan kita mana yang kita sukai.
Meskipun dunia gerakan ini merupakan dunia ketidak pastian, tapi saya meyakini dunia gerakan ini tidak akan berakhir bahkan mati selama dunia dan seisinya masih bergerak. Maka dari itu kita ambil nilai positifnya, soalnya serba dilemma bagi kaum gerakan ini, apabila kita tidak mengetahui dunia gerakan kita akan tunduk dan patuh pada kenyataan, sebaliknya kalau kita masuk didalamnya akan merasa bingung dan heran apa yang harus kita lakukan tapi ada nilai yang lebih ketika kita memasuki dunia ini, yaitu kita sebagi aktor bukan penonton.
Komentar
Posting Komentar