Selama sepuluh hari kebelakang ini saya belum sempat meneteskan tinta diatas kertas putih ini, entah terlalu sibuk entah hanya kemalasan saja yang sedang menerpa sehingga saya baru malam hari ini berusaha menuliskan kata-kata yang seringkali berontak dikepalaku ini. Tapi itu semua hanya lagu lama atau alasan saja sepertinya. Karena apabila alasannya hanya “sibuk”, presiden juga sangat sibuk bahkan makhluk sekecil semut saja yang pekerjaannya hanya baris berbaris masih saja sempat untuk saling menyapa sesama temannya, sedangkan saya jangankan berjabatan tangan dengan sesama manusia, bertemu juga susah. Tetapi sekali lagi itu hanyalah alasan saja, lebih tepatnya mungkin aku sibuk dengan kemalasan saja sampai-sampai tidak sempat mengasah pemikiran dan nalarku ini.
Bukan berarti “so” kreatif dan rajin nulis, tidak juga, melainkan dengan terbiasanya kita belajar menulis minimal kita bisa berimpi dan berangan-angan dalam mengisi kekosongan dan melawan kemalasan.
Terlalu banyak rekaman yang ada didalam otak ku ini, sehingga saking banyaknya saya merasa bingung harus darimana memulai dan mengawalinya.
Ya sudahlah kita ikuti saja jari ini, kearah mana menekan tombol keyboard laptop ini, saya akan mengikuti apa kata jari ini, karena terlalu muak dan bosan apabila mengingat kembali memori yang sudah disimpan lama dalam otak ini, yang ada hanyalah keusangan yang sangat menyebalkan.
Tetapi jariku berkata lain, jariku malam hari ini telah menuntun otak dan hatiku ini untuk bercerita tentang apa yang ada dan terlintas dalam nalarku, maka dari itu pada malam hari ini saya mempercayakan kepada jari ini, monggo mau berbuat apapun saya ikut sajalah karena otak ini sudah lama tidak diberikan asupan gizi dan vitamin yang bagus kayanya, untung saja tidak membusuk juga kaya sampah-sampah yang jiji.
Jariku sesekali mengusap mata yang memang sudah perih oleh cahaya computerku ini, tetapi jariku tetap saja menuntun untuk melakukan hal-hal yang aneh yang seharusnya malam seperti ini itu digunakan untuk tidur dengan pulas, tetapi tidak bisa juga. Sempat aku curiga juga kepada jari saya kayanya sekongkol dengan mata. Karena mata jangan kan tertutup, ngantuk saja tidak. Sesekali jari ini bekerja sama dengan bibir dengan cara mengambil korek dan rokok terus memberikannya kepada bibirku, dasar jari ini tidak bisa mendengar.
Sesekali jari ini mengangkat kaki kananku yang memang dirasa pegal, tapi kembali ke awal tadi saya akan mengikuti apa yang di inginkan oleh jariku. Silahkan saja mau berbuat apapun juga selama perbuatannya itu menggugah nalarku kembali, saya khawatir apabila tidak dilatih secara terus menerus nalarku akan membusuk tidak ada gunanya.
Terimakasih jari, ternyata kegunaanmu itu tidak hanya bisa dipakai ngupil dan cebok saja tetapi masih bisa digunakan untuk hal yang lebih luar biasa, saya bersyukur punya dirimu.
Komentar
Posting Komentar