Beberapa waktu yang telah kita lewati bersama bangsa ini telah melaksanakan hajat orang banyak yang didalmnya tidak hanya membicarakan makna demokrasi saja melainkan terdapat banyak sekali syarat kepentingan yang luar biasa, tidak hanya tenaga dan pikiran bahkan nyawa sekalipun bisa menjadi taruhannya, memang ada pribahasa di atas politik ada kasta yang paling berharga yaitu kemanusian, tetapi pada kenyataannya tidaklah segampang yang kita bicarakan ketika bicara masalah politik yang sangat kental didalmnya yaitu siapa lawan dan siapa kawan.
Banyak sekali kisah yang telah kita saksikan bersama dalam pelaksanaan demokrasi kemarin, memang tergantung kepada persepsi setiap individu yang memaknainya saja yang menjadi perbedaan. Banyak sekali konflik yang menjadi perselisihan yang luar biasa ketika kita coba mengamati dan menganalisis perhelatan akbar tersebut tetapi tergantung bagaimana kita memaknainya juga konflik tersebut, apakah menguntungkan untuk suatu golongan atau tidak itu yang banyak dibicarakan, bahkan adanya pileg pilpres kemarin bisa jadi mengungkit kembali konflik atau perseteruan yang sudah lama tertutup oleh waktu, beribu-ribu tahun perselisihan yang sudah terlewati tetap akan berhembus kembali ketika alat pengungkit konflik tersebut kuat, karena masih banyak hati-hati yang tersakiti, masih banyak permasalahan-permaslahan yang seolah-olah mirip, atau yang paling bahaya itu masih banyaknya diantara kita yang terbawa perasaan yang terdahulu serta sulit untuk membuangnya. Jangankan beribu-ribu tahun yang lalu, hari ini juga masih banyak orang-orang yang belum “move on” pasca pileg dan pilpres kemarin, padahal apapun hasilnya, merupakan suatu keniscayaan yang harus di hargai oleh kita semua selaku warga Negara yang menganut dan masih mengganggap akan konstitusi bangsa ini.
Disisi lain mental kita semua selaku warga Negara masih belum “move one” dengan pileg dan pilpres, sesaat lagi kita akan di hadapkan dengan adanya pemilihan Kepala Desa secara serentak, apakah secara mental kita akan siap menyaksikan konflik-konflik yang akan terjadi pada saat nanti, kita rasa akan lebih hangat perselisihan ketika pemilihan kepala desa di banding dengan yang kemarin, karena pemilihan kepala desa itu rentan akan konflik, dikarenakan sangatlah dekat bersentuhan dengan apa yang dinamakan masyrakat. Meskipun konflik kemarin ramai tetapi akan lebih ramai kerasnya ketika pemilihan kepala desa nanti, banyak sekali orang-orang yang akan ikut andil dalam pilkades ini, karena masih ada yang beranggapan ketika pilkades seolah-olah membentuk raja-raja kecil di daerah. Lagi-lagi kepentingan yang bertarung didalamnya, yang jadi pertanyaan apakah “Wabah” dari pileg dan pilpres kemarin akan terbawa ke pilkades? Silahkan utarakan pendapatnya masing-masing.
Kita berharap dengan akan menghadapinya pilkades ini, masyrakat bisa memilih secara objektif guna untuk mewujudkan apa yang dinamakan desa yang maju dan berkembang yang sekian lama kita impikan, karena harus kita yakini bersama yang namanya desa itu merupakan asset utama dalam keberlangsungan Negara ini. Jangan sampai desa dibiarkan karena desa merupakan awal pertumbuhan sebuah kota. Sadar ataupun tidak, sesuap nasi yang kita makan itu hasil daripada jerih payah petani di desa, jangan sekali-kali mempermainkan manfaat sebuah desa, jangan dijadikan pilkades tersebut menjadi ajang saling memperbutkan kepentingan kelompok saja tetapi kepentingan bersama kepentingan bangsa ini.
--{MONZ}---
02 Agustus 2019
Komentar
Posting Komentar