ANTARA TUHAN DAN PARA DEMONSTRAN

Salahsatu Kader Kembara 
ANTARA TUHAN DAN PARA DEMONSTRAN

Semua sayang dengan Negeri ini Tuhan, jangan biarkan manusia-manusia  yang mempunyai kasih sayang di manfaatkan oleh manusia yg berkepentingan, sahabat-sahabt mahasiswa detik demi detik bergletak, smua mahasiswa turun aksi kejalanan hanya untuk menyampaikan aspirasinya, sementara dengan berat hati para petugas polisi memukul mundur, haruskah rasa "kesayangan" kepada Negeri  ini di nodai dengan percikan darah serta amisnya luka?

Tidak semudah itu Tuhan, cabut saja nyawa manusia-manusia yang menginginkan adanya pertumpah darahan di Negeri ini. Semua berawal dari kebijakan yang tidak seimbang, tidak logis, tidak masuk akal, bahkan Negeri ini seolah-olah milik mereka sendiri, padhal bangsa ini di dapatkan dari penjajah dengan perjuangan dan kegigihan para pejuang dimasa lalu, haruskan kita saling menjotos mata dengan saudara sendiri, mereka duduk dengan santai di istana yang penuh dengan kemegahan sementara para demonstrans berlari, berteriak, kesakitan di sepanjang jalan, ditengah-tengah kota, di krumunan-krumunan perjuangan yang sangat luarbiasa, akankah Tuhan akan diam saja melihat Negeriku yang sedang tidak baik-baik saja?

Di Negeri ini semua manusia saling melirik saling khawatir serta saling curiga ditengah keramaian satu sama lain, tapi meyakini sahabat-sahabt mahasiswa dengan turunya ke jalanan tanpa sedikitpun memperhitungkan upah dari siapapun, itu murni dari kegigihan hati mereka, dari panggilan nurani mereka, beda dengan para wakilnya yang duduk santai sambil menghitung keuntungan yang didapatkannya, serta upah dan fasilitas Negeri ini mereka menikmatinya, tapi aneh, seolah-olah kalah dengan para demonstran tanpa mendapatkan gaji secuil pun masih mampu serta sempat-sempatnya menginginkan keutuhan negeri ini selama 24 jam, beda dengan para wakilnya hanya mengejar gaji semata, membuat aturan semaunya, mengketukan palu semaunya, berbicara semaunya bahkan tingkah merekapun semaunya, padahal mereka para wakil demonstran yang terpilih melalui seleksi yang sangat luar biasa, tapi kenapa merek cuek saja?

Langit tiba-tiba memerah, seolah senja datang di malam hari, karena percikan-percikan api serta desingan senjata dan gas airmata mulai dikeluarkan oleh para aparat dengan dalih untuk membubarkan massa, itu semuanya aneh, di Negeri ini sudah reformasi, sudah bebas menyampaikan pendapat tetapi kenapa seolah-olah pendapat kita dikerangkeng dengan kuat, ternyata bukan hanya makanan dan sandang saja yang diboikot, melainkan secara perlahan pendapat pun mulai di batasi oleh para penguasa Negeri ini, apakah Tuhan melihat dan mendengar semuanya?

Yang lebih aneh dan tidak masuk akalnya lagi, ternyata untuk menyayangi Negeri ini pun para pemegang kebijakan itu harus di kasih upah, masih bicara maslah pragmatis belaka, itu untuk Negeri, apalagi untuk manusia-manisia yang lain yang memang tidak mempunyai seserpih harrta, apakah semuanya sadar dengan kekacauan yang tengah terjadi di beberapa daerah, dengan tujuan satu yaitu "bagaimana bangsa ini bisa tetap untuh" dan dinikmati secara bersama bukan hanya golongan tertentu saja.

Yang menjadi persoalan terjadinya peristiwa 24 September 2019 ini, diakibatkan banyaknya Rancangan Undang-Undang yang tidak relevan, berbau diskriminasi serta kerugian-kerugaian warga Negegara yang dirasa itu dapat mengganggu keamanan serta kenyamanan para penduduk bangsa ini, hal tersebut menjadi dasar para demonstran turun kejalan serta membuat seluruh keramaian kota menggema lagu-lagu perlawanan seluruh masyarakat Indonesia.

Para pembuat aturan seolah-olah menganggap pasal demi pasalnya itu seperti mainan tanpa memperhitungkan sisi-sisi kemanusiaan yang ada hanyalah sisi-sisi kepentingan dan keuntungan pribadinya masing-masing. 

Banyak sekali kejanggalan dan keanehan dalam RUU yang dibuat oleh para ahli, dan lebih mirisnya lagi keahlian dalam membuat aturan tersebut banyaksekali “Ahli bertabrakan” norma, ahli ngaur, ahli asal-asalan dan masih banyak ahli yang lebih tidak nyambung lagi dalam penyusunan RUU itu.

Tuhan semoga senantiasa memberkahi serta mendamping para demosntran yang tengah berjuang dalam mencari keadilan bangsa ini, untuk para demonstran perjuangan belum selesai, jadikanlah pukulan oknum aparat menjadi salahsatu pupuk untuk kita lebih bersemangat dalam melakukan kontroling pada mereka yang dijadikan oleh kita sebagai wakil rakyat, sejatinya kita lah yang berkuasa bukan mereka, mereka hanyalah sebagai “WAKIL KITA”, secara derajat lebih tinggi orang yang memberikan kepercayaan daripada orang yang “MEWAKILI”, perjuangan belum selesai, apabila tidak ada yang bertanggungjawab dalam persitiwa ini, biarkan kita dan Tuhan lah yang akan bertanggungjawab dibandingan para pemegang kebijakan yang seringkali berselimutkan kemunafikan, lawan terus penindasan, lawan terus kemunafikan bangsa ini, selama titik nadir nyawa kita masih berhembus, hembuskanpula semangat kita sebagaimana kita menghembuskan nafas dari tubuh ini, tidak akan ada orang yang akan merebut nafas kita selain kita yang memberikannya.

Hembusan perlawanan lebih mulia dibanding kegagahan yang dibarengi dengan kemunafikan………….!!!!!!



----{MONZ}----

24 September 2019
Peristiwa Penolakan RUU

Komentar