Semua kisah pasti selalu ada bumbu yang menyertainya serta adanya likaliku perjuangan yang yang melahirkan pengalaman bagi kita semua, baik secara organisasi, kelembagaan maupun secara kelompok dan diri pribadi. Adapun yang harus menjadi catatan bagi kita selaku pengurus Organisasi harus mulai memahami hal-hal yang dirasa hal yang sangat kecil tetapi berefek besar apabila kita tidak bisa memanajnya dengan baik dan benar. Kami disini berusaha memaparkan hal yang menjadi hambatan untuk kepengurusan kedepannya suapaya ada pembelajaran yang lebih baik.
Komunikasi, sedari awal kami membicarakan beberapa hambatan yang dirasa sebagian orang itu sudah menjadi warisan klasik yang sering kita temui pada masa-masa pergantian kepengurusan, tetapi hal tersebut tidaklah saklek bahwa dari generasi kegenerasi ini komunikasi menjadi salah-satu hambatan. Memang benar adanya dari setiap generasi yang namanya komunikasi itu sedikitnya menjadi hambatan terhadap kita sebagai pengurus. Dengan adanya kesibukan diri sendiri dilingkaran kepengurusan itu menjadi salahsatu faktor utama dalam kepengurusan, tetapi disini bukanlah menyalahkan pula orang-orang yang memang mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, hanya sebatas jadi bahan untuk kedepannya bisa diperbaiki. Berbicara masalah kesibukan semuanya juga punya, melainkan takaran kesibukannya itu yang seringkali kita menjadi saling menyangka satu dan dua hal yang lain-lain, itu karena tidak adanya konfirmasi atau kabar diantara kepengurusan. Karena sudah jelas sesungguhnya di dunia ini tidaklah ada orang yang sibuk, tetapi disibukan dan menyibukan dirinya sendiri. Hal itu bisa kita minimalisir dengan cara intensitas komunikasi antara kepengurusan, sharing satu sama lain permasalahn ataupun Visi Misi gerakan kedepannya. Karena kamipun sadar meskipun dengan adanya kemajuan tekhnologi yang canggih dirasa masih belum maksimal, karena kebiasaan budaya kita itu apabila tidak bertemu serasa kurang “Afdall” (maksimal), padahal dengan adanya teknologi komunikasi yang sangat maju tidaklah harus menjadi alasan ketika kita harus bersama dalam mewujudkan serta bertanggungjawab terhadap tugas kita sebagai pengurus.
Kepengurusan, idealnya sebuah kepengurusan dalam sebuah organisasi haruslah saling mendukung serta menyadari tugas dan fungsinya sebagai pengurus. Dalam konteks ini kepengurusan selama satu periode dengan berjumlah 25 orang yang Alhamdulillah sampai saat ini kami hanya bisa berbicara inilah adanya kami. Seharusnya apabila kita melihat jumlah 25 orang tadi bagi kami sudah sangat banyak, karena jangankan 25 orang, Bungkarno sekalipun hanay meminta 10 pemuda untuk mengguncang Dunia, apalagi dengan jumlah 25 tadi jagankan di daerah Duniapun bisa kita Goyangkan. Tapi semua itu kembali lagi kepada kesadaran gerakan, keimanan komunal yang harus kita pertanyakan lagi beberapa kali terhadap diri kita ini. Apakah sudah maksimal ataupun belum dalam melakukan tugas yang sangat suci ini dalam kepengurusan. Semua itu masih bisa kita atasi selama dari setiap pengurus mempunyai kesadaran hati yang tinggi.
Intervensi, dalam ranah gerakan khususnya umumnya dalam kehidupan itu semua tidak akan pernah lepas yang namanya manusia itu dari intervensi. Tapi berbicaramasalah intervensi dalam sebuah organisasi itu tergantung bagaimana kita selaku pengurus menyikapi intervensi-intervensi baik dari dalam maupun dari luar. Disini kita selaku pengurus haruslah pandai-pandai memfilter semua hal yang berbentuk intervensi, janganlah kita melakukan gerakan atau ide gagasan yang lahir dari sebuah intervensi yang dirasa kurang pas untuk organisasi meskipun dari internal organisasi sendiri. Karena kalau setiap intervensi yang kita terima lantas kita lakukan itu hanya membuat suatu organisasi tidak jelas arahnya mau dibawa kearahmana sebuah haluan organisasi. Tapi sebelum kita melakukan gerakan-gerakan yang membangkang dalam menyikapi intervensi haruslah kita berbaik sangka terlebih dahulu, harus memaknai sekecil apapun intervensi yang kita alami dalam kepengurusan itu demi kebaikan organisasi. Tadi saya katakana membangkan dalam artian boleh kita membangkang tapi dengan alasan-alasan yang masuk akal demi besarnya sebuah organisasi. Karena apabila intervensi yang kita terima malah membuat kekisruhan dalam sebuah organisasi bagi kami itu tidaklah patut untuk kita tanggapi, syukur-syukur mendidik terhadap kita slaku pengurus malah menjadi konflik internal yang berkepanjangan. Kita boleh berkonflik tapi kita harus hatam (selesai) dulu Manajemen konfliknya, apabila belum tuntas kita manajemen konfliknya justru kita yang kemakan serta terbawa arus konflik itu sendiri, sedangkan usia konflik dengan kita masih lebih tua yang namanya KONFLIK.
---{Ahmad Zaenudin,S.H}---
Bandung Barat, 12 November 2017
KONGRES III DPP KEMBARA
Komentar
Posting Komentar