Dari banyak saudara kita yang merasa kehilangan orang-orang yang mereka banggakan, sepertinya mendapatkan narasi yang sama bahwa kehilangan yang menyakitkan itu bukanlah kehilangan ditinggaal mati oleh orang yang kita cintai, tapi kehilangan yang menyakitkan adalah ketika orang yang mereka sayangi dan banggakan dihilangkan secara paksa oleh mereka yang kehilangan akal sehat dan tidak adanya sedikitpun rasa kemanusiaan.
Berputarnya waktu bahkan bergantinya hari, harapan itu selalu ada dan selalu dinantikan, bahkan setiap siang dan malam bayangan dan asa yang sama selalu ada dalam dada seolah meronta ingin berteriak keras, karena kebanggaan dan kesayangan mereka ikut direnggut oleh para raja yang hilang hati nuraninya.
Ketika kita pernah merasa ditinggalkan mati oleh seseorang yang sangat kita sayangi sakitnya belum seberapa, masih bisa kita menengok batu nisan yang menjadi panji kebanggaan dengan cara beziarah kubur kepadanya, dibandingkan dengan dihilangkan secara paksa dan tidak jelas serta tidak berujung, yang harus mereka cari dan datangi itu kemana dan dimana. Bahkan yang lebih sakit dan menyakitkan dalam kehilangan tersebut yang menjadi batu nisan itu hanyalah kenangan bahwa mereka pernah bersama.
Ketika kita kehilangan orang misalnya dengan cara dibunuh secara nyata, jelas kita mengetahui siapa pembunuhnya, dibandingkan dengan kehilangan secara paksa, kita susah untuk mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya, karena sampai saat ini tidak ada sedikitpun keberanian untuk mengaku bahwa “aku-lah” pembunuhnya.
Tubuh ini lemah rasa ini pun ikut pilu ketika yang mereka alami sangatlah keras diluar nalar kita, hanya dengan adanya sedikit kabar meskipun kabar itu semu, tapi itulah yang membuat mereka bertahan serta selalu mempunyai harapan bahwa pahlawan yang mereka dambakan segera pulang.
23 tahun reformasi berjalan belum saja terkuak didepan peradilan, hanya kabar segelintir orang bahwa dari setiap pergantian pemimpin tengah menjanjikan beberapa kasus akan diungkap, tapi sampai saat ini pengungkapan enggan untuk dilakukan bahkan seolah-olah tidak ada niat untuk membukakan tabir yang penuh dengan perundingan. Banyak semua warga menanyakan siapakah pelaku yang sebenarnya, apakah tertutup dengan rapi atau sengaja ditutupi. Pengungkapan kasus-kasus HAM seolah buntu tidak pernah ada titik terang yang sesungguhnya, sayang negeri ini terlalu indah untuk kita nodai dengan cucuran darah dan hitungan nyawa yang melayang, bahkan tidak pernahkah mereka berpikir keluarga korban menunggu kabar yang tak kunjung datang dan terang, ini persoalan nyawa bukan persoalan biasa, persoalan HAM tidak bisa disamakan dengan penyebelihan ayam.
Semoga mereka yang menunggu dirumah tetap sabar dan semoga yang mereka tunggu lekas menemuikan titik terang.
01 April 2021
---{AZ Emonz}---
Komentar
Posting Komentar