Bergulirnya waktu tidak pernah bisa kita elakan bahkan tidak bisa sedikitpun untuk kita hindari, apapun keadaanya, meskipun awan gelap menyelimuti langit dan bumi, waktu akan selalu tetap berputar, sekuat apapun baja dan besi tidak pernah bisa menghalangi putaran waktu, sama halnya dengan perjalanan ini. Perjalanan waktu tidak pernah bisa berhenti, waktu akan berputar sesuai aturan mainnya, kita hanya bisa mampu bertahan ditengah tengah putaran waktu yang begitu kejam, yang pada akhirnya kita hanya bisa memilih dua pilihan, yang pertma apakah kita mampu melawan waktu dan yang kedua apakah kita mampu mengimbangi waktu yang begitu cepat berlalu.
Kisah ini seperti kita membangun sebuah istana, yang tidak akan pernah bisa saat kita membangunnya bisa kokoh begitu saja, melainkan yang namanya bangunan kita harus membangun secara kuat dari sisi pondasinya terlebih dahulu. Buat apa kita membangun istana yang besar, istana yang tinggi, tetapi disisi lain pondasinya hanya biasa-biasa, itu tidak pernah akan terwujud sekuat apapun modal dalam membangun istana tidak akan pernah ada artinya apabila pondasi yang kita bikin itu asal-asalan. Kita tidak bisa melihat istana itu megah tanpa bisa melihat terlebih dahulu dari sisi pondasinya, karena tolak ukur istana yang kuat dan megah dilihat dari sisi pondasinya terlebih dahulu. Lalu apa yang menjadi pondasi dalam kisah ini? Sedari awal dan menjadi sebuah keyakinan bahwa kisah ini hanya bermodalkan rasa, dan rasa ini lah yang akan menjadi sebuah pondasi dalam membangun sebuah keindahan yang kita harapkan. Dan tidak perlu juga rasa ini kita publikasikan, karena jarang istana yang megah yang kuat juga memperlihatkan pondasinya Sekokoh apa.
---{MONZ}---
05 Desember 2022
Komentar
Posting Komentar